Jumat, 09 Juli 2010

Mengintip MAXXI: Karya baru Zaha Hadid di Roma


Bangunan baru karya arsitek terkenal tentu sangat sayang untuk dilewatkan terutama oleh orang-orang berlatar belakang pendidikan arsitektur atau menaruh minat pada dunia arsitektur. 

Pembukaan MAXXI atau Museo Nazionale delle Arti del XXI secolo (museum nasional seni abad 21) di Roma ini dilakukan tanggal 31 Mei lalu setelah sepuluh tahun masa penantian dan menelan biaya 150 juta Euro. Berdasarkan master plan yang dipamerkan, tampaknya proyek ini belum selesai 100%, saat ini dua bagian gedung dalam master plan masih belum dibangun.

Terletak di kawasan Flaminio pinggir kota Roma, di dekat stadion AS Roma, dengan latar (setting) lingkungan urban bekas daerah militer dan dikelilingi kompleks perumahan, MAXXI mengambil langgam arsitektur dekonstruksi seperti karya-karya Zaha Hadid yang lain. Museum ini sangat menawan jika dilihat dari taman/plazanya, tapi tidak demikian jika dilihat dari jalan utama.

Secara keseluruhan museum dibangun dengan material beton abu halus tanpa pelapis. Dinding lobby menggunakan material kaca dan tangga menggunakan material baja karena dibuat tanpa kolom penunjang tetapi mengandalkan dukungan balok dan bracing baja sehingga terkesan melayang. Bagian depan memanfaatkan fasad bangunan sebelumnya yang berlanggam neoklasik. Hal ini tampaknya dilakukan untuk memenuhi aturan ketat pemerintah Italia tentang konservasi.

MAXXI terdiri dari tiga lantai yang tersusun dari lima galeri, lobby, toko buku dan Standing caffetaria di sudut utara bangunan. Bagian interior memiliki alur menarik sekaligus membingungkan. Ramp-ramp dan tangga-tangga dirancang sedemikian rupa untuk mengarahkan pengunjung. Pengunjung dapat memulai tur di lantai dasar dari galeri 1 (galeri seni) di sisi selatan atau dari galeri arsitektur di sisi utara. Kedua galeri di lantai dasar terpisah oleh lobby, ruang servis dan toko. Dari galeri 1 di lantai dasar, pengunjung harus menggunakan lift untuk naik ke lantai satu menuju galeri 2. Ruang galeri 2 di lantai satu terhubung ke galeri koleksi arsitektur di lantai dasar melalui dua tangga di ujung kiri dan kanan galeri arsitektur. Bagian ini sengaja dibuat menipu pengunjung karena seolah membawa pengunjung ke bagian lain tapi hanya membawa kembali ke area yang telah dikunjungi.

Sayangnya bangunan ini melupakan hal penting, yaitu penutup atap di bagian pintu masuk. Bangunan dengan massa yang dinamis menyebabkan beberapa bagian bangunan bertemu (bergabung) sementara bagian lainnya terpisah. Salah satu perpisahan massa "kebetulan" terjadi di bagian pintu masuk sehingga ketika hari hujan bagian ini pun menjadi basah total. Hal lain yang disayangkan adalah pemasangan lampu penerangan di sepanjang jalur pejalan kaki di area plaza yang ditutup karet dan ditinggikan lima sentimeter di atas permukaan lantai. Keberadaan lampu-lampu ini menyebabkan beberapa pengunjung (di antaranya saya) tersandung setiap saat.

Tiga hari setelah pembukaan hujan turun mengguyur kota Roma. Di galeri museum hujan meninggalkan jejaknya melalui kebocoran di antara pertemuan atap kaca dengan lantai beton. Konstruksi bagian pertemuan dua material yang berbeda memang tidak pernah mudah dan air pun menetes membasahi lantai galeri serta membuat pulau-pulau air di langit-langit. Jika hal ini terjadi di Indonesia akan terjadi dua kemungkinan: arsitek disalahkan karena membuat desain yang terlalu rumit atau kontraktor disalahkan karena tidak becus membangun.

Arsitektur dekonstruksi Zaha Hadid tampaknya merupakan konstruksi yang harus berdiri lepas dari sekelilingnya. Ini tampak sekali dari pertemuan bidang antara bangunan baru dengan fasad lama yang menghadap ke jalan utama. Pertemuan antara keduanya tidak begitu indah dan tusukan-tusukan bidang Hadid tampak memaksakan diri untuk tampil. Ia mempenetrasi habis fasad lama. Oleh karena itu museum ini tidak tampak menawan jika dilihat dari jalan utama. Hingga hari ini belum ada foto yang menampilkan MAXXI dari arah jalan utama. 

Di MAXXI, seorang ibu bertanya pada anaknya yang berusia sekitar 4-5 tahun: Ti ha piacuto questo museo strano? (Kamu suka museum aneh ini?) Jawab si anak: Si, anzi no (ya tapi juga tidak). Rupanya apa yang di mata arsitek tampak bagus dan menawan, belum tentu seperti itu di mata awam dan hal ini juga dipengaruhi oleh latar pendidikan serta budaya setempat.

Well, I guess beautiful thing isn't everything they say.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar