Jerman memang laboratorium arsitektur modern. Berada di jantung kota Frankfurt, di kawasan perbelanjaan Konstablerwache, pusat perbelanjaan ini dirancang oleh arsitek Italia Massimiliano Fuksas dan dibuka secara resmi pada 26 Februari 2009 lalu.
Di luar My Zeil adalah kawasan pedestrian shopping mall The Zeil yang lengkap dengan ruang hijau di antaranya. Arsitek Jürgen Engel mereferensi pada konsep live-cell therapy yang ditujukan pada kawasan the Zeil sebagai “menciptaan ruang untuk mendapatkan pengalaman keurbanan”.
Dari jauh bangunan komersial ini tampak tidak terlalu istimewa, seperti bangunan transparan biasa, kecuali lubang yang memilin di tengahnya. Lubang itulah yang membuat penasaran pejalan kaki sehingga memutuskan masuk untuk melihat interiornya.
Struktur My Zeil memang istimewa. Bangunan ini termasuk berlanggam dekonstruksi. Lubang yang muncul di bagian muka memilin seperti angin puting beliung. Struktur kulitnya (shell) pun mengikuti bentuk itu hingga ke bagian dalam. Kulit ini, yang dibuat dengan sistem curtain wall, menjadi façade dan atap gedung. Uniknya, bangunan dekonstruksi ini bisa berpadu dengan bangunan lain yang mengapit di kiri-kanannya. Ia tidak berdiri sendiri seperti kebanyakan bangunan berlanggam sama.
Saya teringat dengan pekerjaan membuat gambar kerja arsitektur. Meskipun tingkat kerumitan bangunannya tidak seperti My Zeil, tapi pekerjaan itu cukup membuat kepala pusing. Tak terbayang seandainya saya diminta membuat gambar kerja untuk struktur ini.
Lubang itu seperti kulit tampak yang ditarik ke belakang membentuk tabung kerucut di bagian interior. Cobalah cubit permukaan kain pakaian, kemudian pilin, tarik ke arah belakang bawah. Seperti itulah bentuk lubang tabung pada facade My Zeil. Tabung tersebut sebetulnya tidak memiliki fungsi apa-apa selain fungsi estetis dan benda itu hanya menjadi penampung salju yang turun dengan derasnya.
Jika bangunan ini dibuat di Indonesia mungkin akan menuai protes dari para ahli struktur dan konstruksi. Karena selain lubang tersebut tak berguna, juga hanya menambah kesulitan dalam perawatan bangunan. Salju yang turun ke dalam tabung dan tertampung tentunya harus dibuang dan struktur tabung pun harus cukup kuat menahan beban salju yang menimpanya. Itu artinya material bangunan yang 90% berupa kaca pun harus dipilih dan diperhitungkan kekuatannya dengan baik.
Penggunaan bahan kaca di kulit My Zeil dapat memaksimalkan masuknya cahaya siang hari ke bagian dalam. Pemakaian bahan transparan juga menciptakan nuansa lapang, luas, terbuka pada bagian interior yang terdiri dari atrium berlantai delapan.
Desain interiornya sangat menarik dan tidak membosankan. Setiap titik memberikan pemandangan yang berlainan. Lubang-lubang untuk tangga berjalan dibuat dengan bentuk bukaan berbeda-beda. Tangga berjalan yang dipilih pun menggunakan sistem berdiri bebas (free standing escalator), artinya tangga-tangga berjalan itu memiliki struktur penopangnya sendiri bebas dari bangunan. Tentu hal ini, di Indonesia, kembali akan (mungkin) menuai protes para insinyur sipil. "Bikin bangunan kok ribet amat sih, kan susah ngitunganya! Dasar arsitek".
Klik judul untuk melihat foto di laman blog saya yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar