Museum ini berada di kota kecil Prancis yang bernama Saint Etienne. Kota ini kecil sekali. Jumlah penduduknya hanya 250 ribu orang. Coba bandingkan dengan Bandung yang jumlah penduduknya 10x lipatnya. Meskipun kecil di kota ini terdapat beberapa museum. Salah satu museum paling menarik yang pernah saya kunjungi di seantero Eropa ternyata malah ada di kota ini.
Musée de la Mine atau museum tambang, begitulah namanya, adalah sebuah museum tematik. Museum ini sesuai dengan namanya merupakan museum yang menyimpan koleksi dari aktivitas penambangan batu bara yang pernah berjaya di kota itu selepas perang dunia kedua hingga dihentikan sekitar tahun 1970-an. Tak hanya menyimpan koleksi, museum ini benar-benar berada di eks-tempat penambangan batu bara. Situs bekas penambangan batu bara bawah tanah dimanfaatkan sebagai sarana penyampaian informasi pada pengunjung.
Pengunjung harus mengantri untuk bisa mengunjungi museum ini. Di bagian penjualan tiket pengunjung akan diberikan nomor kelompok keberangkatan. Biasanya pengunjung harus menunggu sekira 15-30 menit untuk masuk. Pengunjung akan diminta menunggu di satu bagian situs tempat para penambang berganti pakaian. Di ruangan luas itu dengan rantai besi di langit-langit tergantung baju-baju lusuh para penambang. Suasana sedikit spooky jika kita hanya sendirian di ruangan itu.
Seorang pemandu kemudian memanggil kloter-kloter pengunjung berdasarkan urutan yang didapat di meja tiket. Melewati lorong dan ruang mandi, pengunjung kemudian diminta memakai helm kuning penambang yang disediakan. Kami pun turun dengan lift. Di ruang bawah tanah, kami dipersilakan menaiki kereta yang dijalankan secara otomatis. Kereta itu sebenarnya adalah pengangkut batu bara, dulu. Kereta akan berhenti sekali-sekali hingga di titik tertentu pengunjung dipandu untuk turun dan melanjutkan kunjungan dalam gua tambang dengan berjalan kaki.
Di sepanjang lorong gua itu terdapat beberapa televisi yang menayangkan penjelasan tentang tambang dan proses penambangan. Suasana dalam tambang pun dibuat mengikuti keadaan sebelumnya dengan penempatan peralatan tambang, patung-patung manusia dan kuda (dulu kuda juga dibawa masuk ke dalam tambang sebagai pengangkut batu bara dan tinggal dalam tambang) ditambah dengan backsound atau latar suara kuda dan bunyi alat-alat tambang.
Di dekat tempat penjualan tiket terdapat toko suvenir kecil, ruang audio visual dan ruang pameran temporer. Semua memanfaatkan bangunan yang ada di sekitar situs. Meskipun dari luar tampak kumuh, tua dan tidak terurus, ide memanfaatkan tempat ini sebagai museum tematik patut diacungi jempol.
Sebenarnya saya tidak terlalu betah berada di dalam tanah, tapi saya menikmati menaiki kereta pengangkut batu bara dan ingin mengunjungi lagi museum ini jika ada kesempatan.
Note: Foto milik http://pl.tripadvisor.com/